MAKASSAR, AKURATNEWS.co – Kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS) mendadak meriah dari biasanya pada Sabtu (24/5).

Lapangan sepakbola yang biasanya hanya ramai saat kompetisi olahraga kini dipenuhi panggung megah, gemerlap lampu dan alunan musik penuh semangat.

Ya, di akhir pekan ini, kampus UNHAS menggelar Festival Kebangsaan GENERASI EMAS (FK GEMA) KAMPUS ke-5 yang mengusung tema ‘Bangkit Tumbuh Bersama yang  memadukan semangat kebangsaan, inovasi, dan musik dalam satu perayaan besar.

Bagi UNHAS, festival ini bukan sekadar hiburan. Ajang ini adalah panggung kesadaran untuk mengingatkan generasi muda bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa harus hidup di setiap nadi kehidupan kampus.

“Kami ingin kampus menjadi lembaga strategis yang mampu mengaktivasi kesadaran kebangsaan,” ujar Rektor UNHAS, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc. dengan penuh semangat.

Sejak pagi, kegiatan sudah dimulai dengan Dialog Kebangsaan bertajuk “Musik Merajut dan Mengaktivasi Jiwa” di Aula Baruga UNHAS.

Nama-nama besar seperti Once Mekel, Alffy Rev, Raissa Anggiani, Shanna Shannon, hingga sang Rektor sendiri tampil sebagai pembicara.

Mereka berbicara soal bagaimana musik menjadi bahasa universal yang bisa menyatukan keberagaman, bahkan menjadi alat untuk merajut persatuan di tengah perbedaan.

“Saya percaya musik adalah energi jiwa, sebuah kekuatan yang menembus batas logika, membangkitkan emosi, dan menyatukan manusia dalam bahasa universal,” ujar Once Mekel, penyanyi sekaligus anggota DPR Komisi X yang terkenal vokal soal isu seni dan kebudayaan.

Tak berhenti di situ, sore harinya, program REx (Rector’s Expressions) digelar di gedung Arsjad Rasyid Lecture Theater.

Ini adalah program perdana yang diinisiasi Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) sebagai ruang dialog strategis antar-rektor dengan tema yang diangkat, “Peran Strategis Perguruan Tinggi dalam Penguasaan Teknologi Tinggi dan Hilirisasi”.

Hadir sebagai narasumber, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia; Direktur Utama PT QMB New Energy Materials, Prof. Xu Kaihua; serta Wakil Ketua KPK, Prof. Dr. Agus Joko Pramono.

Mereka membahas bagaimana perguruan tinggi seharusnya menjadi ujung tombak dalam riset dan inovasi yang berakar pada karakter bangsa.

“Kampus bukan hanya tempat belajar, tetapi juga menjadi pabrik gagasan untuk membangun masa depan bangsa,” tegas Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT, Ketua MRPTNI.

Saat malam tiba, suasana makin meriah dengan Konser Musik Kebangsaan “Musik Merajut Jiwa”. Ribuan orang memadati Lapangan Sepakbola UNHAS, menikmati penampilan musisi papan atas: Once Mekel, Alffy Rev, Shanna Shannon, Raissa Anggiani, Dwiki Darmawan, Kanda Band, Sujiwo Tejo, Tony Wenas, hingga kelompok seni Ki Ageng Ganjur. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi pun turut hadir, menunjukkan betapa pentingnya momentum ini sebagai perayaan kebhinekaan.

Alffy Rev, komposer muda yang karyanya kerap viral, menyampaikan harapannya.

“Melalui konser ini, kami ingin menunjukkan bahwa musik bukan hanya soal nada, tapi juga menjadi sarana mengaktivasi genetika kultural generasi muda bangsa dan momentum perayaan kebhinekaan, toleransi, dan kebersamaan,” ujarnya.

Tak hanya musik, festival ini juga memanjakan mata pengunjung dengan Pameran Inovasi yang memamerkan hasil-hasil riset mahasiswa UNHAS dan perguruan tinggi lain di Makassar. Mulai dari teknologi ramah lingkungan, aplikasi berbasis kearifan lokal, hingga karya seni digital ikut dipamerkan.

Di sisi lain area, Pop Art Market ramai dikunjungi anak muda yang berburu produk seni pop, merchandise kreatif, hingga kerajinan lokal khas Makassar.

Festival yang diselenggarakan UNHAS bersama MRPTNI dan PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik Republik Indonesia) ini juga mendapat dukungan dari gerakan kebangsaan “Akar Indonesia”, sebuah gerakan yang sejak awal mendorong kesadaran rasa bangga dan cinta tanah air di kalangan generasi muda.

Di tengah era transformasi digital, perubahan iklim, krisis sosial-ekologis, serta kompetisi talenta global, FK “GEMA KAMPUS” menjadi pengingat penting: bahwa kampus tidak boleh hanya menjadi tempat mengejar ijazah, tetapi juga tempat merawat nilai, mencetak pemimpin, dan merayakan identitas bangsa.

“Indonesia harus menyiapkan SDM unggul yang tidak hanya adaptif terhadap teknologi, tetapi juga punya akar kuat pada karakter dan budaya bangsanya,” tutup Prof. Jamaluddin Jompa.

Dan malam itu, ketika lampu-lampu konser memantul di langit Makassar, ribuan jiwa bernyanyi bersama, mengangkat tangan, merayakan bukan hanya musik tapi juga persatuan, inovasi, dan harapan untuk masa depan Indonesia yang lebih gemilang. (NVR)

By editor2