JAKARTA, AKURATNEWS – Belakangan ini viral di media sosial (medsos), seorang anak minum susu kental manis hingga minum kopi susu. Hal ini menjadi perbincangan hangat dan menjadi sorotan berbagai pihak.

Dan Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas) berusaha juga menyoroti hal ini lantaran fenomena ini sudah menjadi turun-temurun karena minimnya literasi bagi masyarakat. Apalagi ada salah kaprah soal konsumsi susu kental manis yang masih dinilai sebagai susu, padahal yang sebenarnya adalah kental manis saja.

“Ada asumsi di masyarakat, kalau ada kata susunya seperti kopi susu atau permen susu dan lainnya, ada kata susu merasa sudah sehat. Jadi mereka langsung mengkategorikan itu pasti susu, padahal itu bukan susu, padahal susu didapatkan dari hewan,” ujar Sekjen Kopmas, Yuli Supriyati di Diskusi bertema ‘Salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak dan Peran Media Sosial’ di Jakarta, Selasa (14/2).

Minimnya literasi bagi masyarakat di Indonesia pun menjadi catatan untuk pemerintah. Menurutnya, perlu dilakukan secara merata informasi definisi susu.

Dalam kesempatan itu, ahli gizi, dr Agnes Tri Harjaningrum, Sp. A menjelaskan, rendahnya literasi di masyarakat memicu dampak jangka pendek dan panjang bagi kesehatan anak. Masalah tersebut bisa mengganggu kesehatan anak, baik dari segi pemenuhan gizi sampai pertumbuhannya.

“Jangka pendeknya bisa membuat anak obesitas. Sementara jangka panjangnya bisa menyebabkan stunting pada anak, juga penyakit lain. Kalau mau sesuai arahan WHO dan IDAI kalau mau melahirkan anak berkualitas tentu harus MPASI yang benar. Banyak banget yang salah seperti pemberian susu kental manis di masa MPASI di bawah usia satu tahun, berdampak jangka pendek bisa memicu mal nutrisi seperti syndrome metabolik dan obesitas. Kalau panjang bisa diabetes, kolesterol, jantung dan ujung-ujungnya bisa jadi stunting,” ujar dr Agnes.

Sedangkan pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati menegaskan, untuk mengeliminasi alias mengurangi konsumsi kental manis, masyarakat Indonesia butuh susu murah.

“Political will dari pemerintah soal ini masih sedikit. Padahal di Indonesia susu melimpah tapi lebih banyak diimpor. Kalau begini Generasi Emas 2045 kapan terwujudnya,” tandas Devie. (NVR)

By Editor2