JAKARTA, AKURATNEWS.co – Film dokumenter mama Jo uang sukses meraih nominasi di Festival Film Indonesia (FFI) pada 20 November 2024, kembali menorehkan prestasi.
Kali ini, film tersebut masuk dalam nominasi kategori Film Dokumenter Pendek Anak di ajang internasional Reflection of Disability in Art International Festival yang berlangsung di Thessaloniki, Yunani.
Diproduksi oleh Eagle Institute Indonesia, Mama Jo adalah karya sineas berbakat asal Bogor, Ineu Rahmawati. Sebagai alumni Eagle Award Documentary Competition (EADC) 2017, Ineu berhasil menghadirkan dokumenter yang penuh makna dan inspirasi.
Lewat film Mama Jo, Ineu Rahmawati menyampaikan bahwa Mama Jo adalah sebuah bentuk penghormatan terhadap para ibu yang terus berjuang untuk anak-anak mereka, apa pun kondisi yang dihadapi.
“Saya berharap film ini dapat menjadi inspirasi dan membuka mata banyak pihak akan pentingnya dukungan bagi penyandang disabilitas, terutama dalam hal pendidikan dan inklusi sosial,” ungkap Ineu.
Tujuan utama dari Reflection of Disability in Art International Festival adalah menghadirkan seni melalui perspektif disabilitas. Festival ini juga bertujuan untuk mendukung dan mempromosikan inklusi sosial penyandang disabilitas dengan melibatkan mereka dalam berbagai peran, baik sebagai aktor, sutradara, relawan, maupun penonton dalam acara budaya.
Keberangkatan tim Mama Jo ke festival ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Eagle Institute Indonesia, KBRI Athena di Republik Yunani, serta Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor.
Meski sempat diwarnai badai di Thessaloniki, pemutaran film Mama Jo tetap sukses digelar pada 3 Desember 2024 di Universitas Makedonia. Acara ini dihadiri oleh perwakilan KBRI Athena, Konsul Kehormatan Indonesia untuk Thessaloniki, Dimitrios Ramoglou, para pembuat film internasional, akademisi, mahasiswa, organisasi disabilitas setempat, hingga masyarakat umum yang memiliki perhatian pada isu-isu disabilitas.
Dalam sesi diskusi di Reflection of Disability in Art International Festival di Thessaloniki, Yunani, delegasi Indonesia—terdiri dari Ineu Rahmawati, Tamara Dwi Mandasari, dan Siti Sundari—memanfaatkan kesempatan ini untuk mempromosikan kekayaan budaya Indonesia.
Selain melalui film dokumenter Mama Jo, mereka juga memperkenalkan budaya Nusantara dengan mengenakan pakaian tradisional seperti kebaya, kain tenun, dan batik, yang menarik perhatian para peserta internasional.
Kehadiran mereka dengan busana tradisional menarik perhatian para peserta diskusi, menciptakan peluang dialog tentang filosofi, sejarah, dan tradisi di balik setiap motif serta desain yang mereka kenakan.
Pendekatan ini tidak hanya menciptakan suasana yang hangat dan interaktif tetapi juga memperluas wawasan dunia internasional mengenai kekayaan budaya Indonesia./Din.