MAGELANG, AKURATNEWS.co – Kota Magelang terkenal dengan adanya bukit di tengah kota,  sangking terkenalnya, bukit ini tak hanya menjadi ciri khas Kota Magelang, tetapi juga menjadi histori menarik tentang penyebaran Islam di tanah Jawa.

Nama bukit dimaksud  adalah Tidar atau lebih dikenal dengan nama Gimung Tidar. Konon, Gunung Tidar merupakan titik pusat atau pakuning tanah Jawa (pakunya tanah Jawa).

Dikisahkan dalam jurnal berjudul Profil Wisata Religi Gunung Tidar sebagai Pakuning Tanah Jawa oleh Cahyani Nurul Huda dkk (2018), bahwa pada masa lalu pulau Jawa masih terombang-ambing di tengah samudera.

Berbagai upaya dilakukan oleh para dewata agar pulau Jawa dapat berdiri kokoh, tetapi tidak pernah membuahkan hasil. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memaku titik tengah pulau Jawa.

Dan benar saja, setalah paku ditancapkan, pulau Jawa pun menjadi tenang. Nah konon, oleh sebagian masyarakat, paku raksasa ini dipercaya sebagai Gunung Tidar.

Selain itu, menurut kepercayaan masyarakat sekitar, pada awalnya Gunung Tidar hanya dihuni oleh bangsa jin dan setan.

Suatu ketika sampailah berita kekosongan pulau jawa dari manusia itu kepada Sultan Turki. Kemudian sang sultan mengutus Syeikh Subakhir untuk bernegosiasi dengan Kyai Semar.

Kyai Semar dikenal sebagai penguasa tanah Jawa, ia merupakan jelmaan dewa golongan putih yang bertapa di gunung tidar selama 1001 tahun lamanya.

Syeikh Subakhir datang ke pulau Jawa dan bertemu Kyai Semar untuk memindahkan jin jahat yang ada di Gunung Tidar, membawa penduduk supaya pulau Jawa tidak kosong dari manusia, dan menyebarkan agama Islam.

Kyai Semar pun menyetujui keinginan Syeikh Subakhir tersebut. Setelah itu, Syeikh Subakhir pun memindahkan jin dengan memasang tumbal yang berasal dari pahatan ayat Al-Quran yang diletakkan pada titik-titik tertentu.

Kemudian Kyai Semar juga memberikan persyaratan kepada Syeikh Subakhir apabila ingin membawa 20.000 penduduk untuk menghuni kekosongan dari pulau Jawa.

Syaratnya adalah mensyiarkan agama tanpa memaksakan kehendak penduduk, apakah mau mengikuti ajaran Islam atau tidak dan tidak boleh meninggalkan adat istiadat orang jawa.

Setelah Syeikh Subakir berhasil membawa 20.000 penduduk maka diangkatlah Kyai Semar menjadi seorang lurah yang dikenal dengan Ki Lurah Bodronoyo.

Masih dari jurnal yang ditulis oleh Cahyani Nurul Huda dkk, sebagai tempat keramat, ada mitos yang mengatakan bahwa Gunung Tidar tidak boleh ditanami palawija.

Selain itu ada pantangan untuk membuat sumur di sekitar Gunung Tidar karena merupakan sumber air yang berhubungan dengan samudera.

Gunung Tidar juga tidak boleh diubah bentuknya karena dianggap keramat atau suci. Gunung Tidar juga dipercaya merupakan tempat keraton makhluk halus dengan Kyai Semar sebagai pemimpinnya.

Karena di anggap tempat yang suci, masyarakat dilarang melakukan perbuatan asusila dan perbuatan yang tidak baik lainnya./Ib. Foto: Istimewa.

By redaksi