JAKARTA, AKURATNEWS.co – Indonesia menatap ambisi besar: pertumbuhan ekonomi delapan persen dalam beberapa tahun mendatang.
Untuk mewujudkannya, para pelaku usaha sepakat bahwa UMKM harus menjadi mesin utama yang menggerakkan roda ekonomi nasional hingga ke pasar dunia.
Komitmen menguatnya kolaborasi tersebut ditegaskan dalam Forum Bisnis HIPKA 2025 dan pelantikan pengurus HIPKA 2022-2027 yang digelar di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kamis (23/10).
Acara ini juga menjadi momentum sinergi antara Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA) dengan pemerintah dalam memperkuat kewirausahaan dan ekspor produk Indonesia.
Ketua Umum HIPKA, Kamrussamad menegaskan bahwa pihaknya terus membangun lini kolaborasi di berbagai daerah.
Mulai dari percepatan akses keuangan di Aceh, peningkatan konektivitas bisnis di Sumatera Utara, hingga akselerasi pertumbuhan ekonomi di Lampung.
“Wirausaha adalah kekuatan inti menuju Indonesia maju. Kita butuh sedikitnya tiga persen penduduk menjadi wirausaha aktif untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” tegas Kamrussamad dalam sambutannya.
HIPKA, lanjutnya, mendorong agar produk UMKM dapat terkurasi di marketplace, punya akses ekspor, dan mendapatkan nilai jual lebih tinggi.
Menurutnya, hilirisasi tak hanya harus terjadi di sektor minerba, tetapi juga pertanian, industri kreatif, hingga komoditas unggulan daerah.
“HIPKA siap menjadi jembatan dengan Kemendag, BUMN, perguruan tinggi, dan diaspora global untuk memperluas pasar UMKM Indonesia,” tambahnya.
Dalam keterlibatan HIPKA dan Kadin Indonesia di Trade Expo Indonesia 2025, tercatat transaksi sebesar USD22,8 miliar yang menjadi bukti bahwa produk Indonesia memiliki daya saing tinggi di pasar dunia.
Di kesempatan ini, Wakil Ketua Umum HIPKA, M Yana Aditya juga mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus inklusif.
“Jika kita ingin ekonomi tumbuh delapan persen maka sektor UMKM juga harus tumbuh. Pemerataan ekonomi harus dirasakan seluruh lapisan masyarakat,” tegasnya.
Menurut Yana, kolaborasi multipihak adalah kunci agar strategi besar ini benar-benar terjadi, dan bukan sekadar wacana.
Menteri Perdagangan Budi Santoso, melalui sambutan yang dibacakan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Iqbal Shoffan Shofwan mengungkapkan, ada kabar baik di tengah ketidakpastian global.
Indonesia masih mencatat surplus neraca perdagangan Januari–Agustus 2025 sebesar USD29,14 miliar yang merupakan sinyal kuatnya ketahanan pelaku usaha nasional.
“UMKM menyumbang 60,51 persen PDB, dengan 64,2 juta UMKM menyerap 120,59 juta tenaga kerja. Mereka adalah fondasi utama perekonomian Indonesia,” jelas Iqbal.
Untuk mendorong kebanggaan pada produk lokal, Kemendag meluncurkan Gerakan Kamis Pakai Lokal (GASPOL) yang mewajibkan pemakaian produk UMKM setiap pekan.
“Bangga pada produk lokal bukan hanya diucapkan, tapi dibeli dan digunakan,” tegasnya.
Dikatakannya, Kemendag sendiri saat ini fokus pada tiga langkah strategis yakni pengamanan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor dan UMKM Bisa Ekspor (Berani Inovasi, Siap Adaptasi).
“Mari kita jaga semangat kolaborasi dan UMKM Bisa Ekspor agar ekonomi Indonesia semakin berdaya saing di dunia,” ujar Iqbal.
Forum ini juga menyepakati bahwa transformasi UMKM bukan hanya soal peningkatan kapasitas produksi, tetapi menjadi pemain global dengan standar tinggi dan branding yang kuat.
HIPKA dan pemerintah juga sepakat jika UMKM bukan pelengkap tapi justru mereka lokomotif ekonomi. Lalu, ekspor UMKM harus diperluas hingga level global dan pertumbuhan ekonomi tinggi harus dirasakan semua rakyat. (NVR)
