JAKARTA, AKURATNEWS – Pusat Kajian Bela Negara UPN Veteran Jakarta meluncurkan dua buku berjudul ‘Bela Negara Dalam Perspektif Publik’ dan ‘Menalar Bela Negara: Survei Persepsi Masyarakat Indonesia Terhadap Bela Negara di Era Digital’.
Peluncuran dalam rangkaian acara Festival Bela Negara itu ditandai penandatanganan buku oleh Ketua Puska Bela Negara UPNVJ, Dr. Ridwan di Auditorium Dr. Wahidin Sudirohusodo Fakultas Kedokteran UPNVJ, Kamis (22/12).
Ridwan mengungkapkan, berdasarkan survei data dan analisis mendalam mengenai bela negara terlihat semangat nasionalisme, patriotisme, dan bela negara, khususnya di kalangan generasi muda mengalami penguatan.
Penguatan ini disebabkan peran berbagai media baru yang dengan cepat menanamkan nilai-nilai kebangsaan melalui isu-isu dan perbincangan-perbincangan di ruang maya.
Namun demikian, lanjut Ridwan, pembinaan kesadaran bela negara di era digital masih harus ditingkatkan.
“Maka dari itu dengan buku-buku ini kami berharap bisa membangun dan menguatkan jiwa bela negara seluruh kalangan muda dan umumnya seluruh masyarakat Indonesia melalui berbagai upaya konstruktif dan partisipatif,” ujarnya.
“Sehingga seluruh pihak dapat bersama dan berkolaborasi untuk membangun Indonesia yang lebih baik lagi di masa yang akan datang,” imbuhnya.
Bedah buku menghadirkan tiga orang pembicara yakni pengamat politik Ujang Komarudin, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susestyo, dan Tenaga Profesional Bidang Ideologi dan Sosial Budaya Lemhanas, Albertus Magnus Putut Prabantoro.
“Bela negara hanya konsep, bagaimana dengan implementasinya baik secara praktis dan teoritis, sehingga dapat memetakan AGHT (ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan) serta apa yang dilihat dalam konteks bela negara,” ujar Putut dalam review-nya.
Menurutnya, buku ini dapat dilengkapi kembali dengan pembahasan AGHT yang riil atau nyata, seperti keterkaitan bela negara dan pandemi Covid 19.
Putut melihat, buku hasil riset Puska UPNVJ ini dapat berkembang ke depannya karena telah melalui proses survei yang baik.
Sementara, Romo Benny mengharapkan buku ini dapat memberi kontribusi dalam menjaga kedaulatan NKRI.
Dalam catatannya, perlu adanya pembahasan secara khusus berkenaan dengan digitalisasi bagi keutuhan bangsa, aspek bahaya teknologi serta adanya ideologi yang tersembunyi.
Sementara, pengamat politik Ujang Komarudin melihat belum ada perdebatan pemikiran di dalam buku ini.
“Hanya cenderung kepada poin-poin tanpa pembahasan yang lebih mendalam,” ungkapnya.
Namun sebagai buku narasi deskriptif dinilainya menarik. Sejatinya memang sebuah buku harus memiliki jiwa di dalamnya agar dapat hidup dan memberikan semangat juang.
“Buku ini mempunyai kekhasan atau keunggulan yaitu dari hasil konstruksi berbasis data riset fakta sosial. Mampu memadukan realita yang ada di masyarakat dan digabungkan dengan teoritis yang ada yaitu dunia akademik dan dunia ilmiah,” ucap Ujang. (NVR)