JAKARTA, AKURATNEWS.co– Indonesia kembali menorehkan cerita manis di panggung internasional.

Cocoa (PT Rosso Bianco), manufaktur cokelat bean to bar asli Indonesia yang konsisten mengolah cokelat sejak 2013, resmi memperkenalkan “Raya Jembrana”, single origin cokelat premium yang lahir dari tangan para petani kakao di Kabupaten Jembrana, Bali.

Peluncuran yang digelar pada 2 Oktober 2025 di Alun Alun Grand Indonesia, Jakarta, sekaligus menjadi selebrasi atas prestasi kakao Jembrana yang berhasil meraih Cocoa of Excellence Silver Award 2023.

Penghargaan itu diumumkan tahun 2024 di Amsterdam, Belanda, dan menegaskan bahwa kakao Bali layak bersanding dengan produk-produk kakao terbaik dunia.

Kakao Jembrana diproduksi Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya (KSS), yang sejak awal berkomitmen menjalankan praktik perkebunan organik dan menghasilkan biji kakao fermentasi berkualitas internasional.

Perjalanan mereka tidak mudah. Pasar sempat meragukan konsistensi mutu dan banyak penolakan yang dihadapi para petani.

Namun berkat dedikasi, disiplin, dan dukungan Yayasan Kalimajari sejak 2011, kerja keras itu akhirnya terbayar.

“Sejak awal kami percaya, kakao Jembrana punya potensi dunia. Dengan komitmen petani untuk memproduksi biji fermentasi berkualitas, kini terbukti kakao Indonesia mampu bersaing di panggung internasional,” kata Agung Widiastuti, Direktur Yayasan Kalimajari.

Ia juga menekankan pentingnya agroforestry dalam menjaga ekosistem dan fermentasi sebagai kunci rasa khas kakao Jembrana yang membuatnya istimewa.

Ketua Koperasi KSS, I Ketut Wiadnyana, menegaskan bahwa penghargaan internasional bukanlah tujuan akhir, melainkan titik awal keberlanjutan.

“Kami bukan hanya sekadar koperasi yang mengumpulkan hasil panen. Kami memastikan setiap anggota memahami nilai fermentasi, transparansi harga, dan sertifikasi berkelanjutan. Cocoa of Excellence adalah pengakuan, tapi yang lebih penting adalah keberlanjutan agar petani bisa merasakan nilai nyata dari kerja keras mereka,” ujarnya.

Peluncuran “Raya Jembrana” juga menyoroti estafet regenerasi petani kakao. I Made Dwi Mahardiasa (Bli Kadek), petani muda berusia 20 tahun dari Desa Candikusuma, hadir sebagai representasi generasi baru.

“Banyak teman sebaya saya pindah ke kota. Tapi saya percaya kebun kakao punya masa depan. Di sini saya bisa membangun sesuatu, bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk keluarga dan desa,” tuturnya penuh semangat.

Kisah perjalanan kakao Jembrana divisualisasikan lewat pameran foto “Resilience” karya Beawiharta, mantan fotografer Reuters yang kini dikenal sebagai visual storyteller.

“Melalui Resilience saya ingin menunjukkan bahwa kakao bukan sekadar bahan pangan, tapi kisah estafet antar generasi. Ada cinta pada tanah, ada kebanggaan pada Indonesia,” kata Beawiharta.

Ia juga menambahkan refleksi personal.

“Dulu cokelat yang saya nikmati selalu berasal dari Afrika atau Amerika Latin. Padahal pohonnya tumbuh subur di Indonesia. Kini saatnya kita bangga menikmati cokelat dari tanah sendiri.”

Pameran foto ini dapat dinikmati publik di Alun Alun Indonesia, Grand Indonesia, mulai 2 hingga 20 Oktober 2025.

Sejak 2013, Pipiltin Cocoa telah memperkenalkan kekayaan kakao Nusantara, dari Aceh hingga Papua. Dengan “Raya Jembrana”, perusahaan ini kembali mengangkat kebanggaan baru Indonesia ke level global.

Perayaan peluncuran juga mendapat dukungan dari Wonderful Indonesia (Kementerian Pariwisata), menandakan bahwa kakao tidak hanya soal kuliner, tapi juga bagian penting dari diplomasi budaya dan pariwisata Indonesia.

Dengan hadirnya “Raya Jembrana”, publik kini tak hanya menikmati cokelat, tetapi juga menyicipi kisah ketangguhan petani Bali, kebanggaan bangsa, dan cita rasa Indonesia yang mulai mendunia. (NVR)

By editor2