JAKARTA, AKURATNEWS.co – Pernah ada masa ketika musik rock menjadi raja di panggung musik Indonesia.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, genre penuh distorsi ini seolah redup, tergerus gelombang pop dan elektronik yang merajai playlist digital.
Sampai akhirnya, Kamis malam (23/10), dentuman gitar kembali menggelegar di jantung ibukota.
Ajang musik ‘Jakarta Rocktober: Distorsi & Drop’ yang digelar di Tease Club, Emporium Hotel Jakarta menjadi bukti bahwa semangat rock belum mati. Ia hanya menunggu untuk dibangunkan kembali dengan cara yang lebih modern.
Acara yang diinisiasi PWI Jaya Seksi Infotainment & Lifestyle ini dirancang bukan sekadar konser, melainkan perayaan kebangkitan rock agar kembali mendapat tempat di industri musik Tanah Air.
“Ini bukan event sekali lewat. Jakarta Rocktober adalah awal dari perayaan musik tahunan. Kami ingin rock kembali berkibar, berdiri sejajar dengan genre-genre populer lainnya,” tegas Mambang Yazid, Ketua Panitia Jakarta Rocktober.
Dipandu duo MC, Eno dan Qenny yang tampil enerjik, panggung langsung panas saat Trio Kuda melesat dengan dentuman blues rock yang membuat para penonton menepi ke depan panggung.
Lalu giliran iHateband yang meroketkan energi ruangan lewat empat lagu dengan aransemen yang mengajak semua ikut bernyanyi.
Publik semakin terperangah ketika Trodon memamerkan racikan progressive rock yang kompleks namun memikat, salah satu performance paling impresif malam itu.
Liners tempo kemudian dibuat lebih cair lewat pop rock dari Sumber Jaya Abadi Rejeki (SUJAR). Dan setelahnya, Rex-4 meledakkan momen-momen penuh karisma lewat vokal khas Tedjo, vokalis yang juga dikenal aktif mempromosikan pariwisata Banten melalui musik.

Dan ketika nama Rocker Kasarunk dipanggil, ruangan langsung meledak.
Ferdy Tahier memegang kendali penuh panggung dengan interaksi hangat dan lagu-lagu yang membuat seluruh penonton bersatu dalam satu suara—lautan sing-along yang menjadi penegas: rock masih sangat dicintai.
Bagian band ditutup Hyper Rock, yang membawa pengunjung napak tilas ke era kejayaan rock 80–90-an.
Momen makin hangat ketika Yazid ikut naik panggung mengisi drum untuk membawakan ‘Dreams’ (Van Halen) dan ‘When I See You Smile’ (Bad English).
Kejutan berikutnya datang saat Hans Sinjal (Grassrock) muncul dan membawakan :Peterson’ dan ‘Bersamamu’, sebelum menutup nostalgia lewat balad Aerosmith ‘I Don’t Want to Miss a Thing’.
Dentuman gitar listrik berubah menjadi paduan suara para penonton, sebuah bukti romantis bahwa rock bukan sekadar genre, melainkan kenangan yang hidup di dada para pecintanya.
Jika dulu rock menolak elektronik, kini keduanya berkolaborasi dalam satu energi. DJ Febry A’w memulai transisi, disusul FDJ Amelles yang mempertajam adrenalin lewat visual panggung memukau.
Puncaknya, DJ Ryandri membuat semua larut hingga tengah malam. Distorsi bertemu dentuman bass dan tak ada benturan. Yang ada hanya euforia.
Acara ini turut dihadiri Ketua PWI Jaya Kesit B. Handoyo, serta sejumlah pengurus lain yang menunjukkan dukungan penuh terhadap industri hiburan nasional.
“Rock adalah bagian penting sejarah musik Indonesia. Jangan biarkan ia layu. Satu kata buat acara ini, Luar Biasa,” tandas Kesit.
Sejumlah musisi yang tampil pun berharap event ini menjadi pemantik lahirnya karya-karya rock baru.
“Rock itu bukan soal seberapa keras musiknya, tapi sekeras apa kita menyuarakan hati lewat karya,” ujar vokalis Rocker Kasarunk, Ferdy Tahier.
Dan malam itu, bukan hanya musik yang mengaum. Harapan turut hidup kembali.
Jakarta Rocktober pun membuktikan bahwa rock tak pernah benar-benar mati. Ia hanya menunggu panggung yang tepat untuk kembali menguasai. (NVR)
