JAKARTAM AKURATNEWS.co – Rutinitas makan tiga kali sehari menurut anjuran dokter agar tubuh sehat ditinggalkan selama seseorang menjalankan ibadah puasa. Lantas banyak yang beranggapan bahwa ini menjadi tidak sehat.

Namun ternyata anggapan tersebut ternyata salah,  menurut beberapa penelitian ilmiah justru terungungkap bahwa berpuasa banyak manfaatnya terhadap kesehatan tubuh manusia.

Manfaat puasa yang pertama bagi tubuh ialah mengistirahatkan organ pencernaan. Kebiasaan makan tiga kali dalam sehari secara tidak langsung memaksa organ pencernaan kita bekerja terus menerus tanpa memberikan kesempatan istirahat.

Setiap makanan dalam perut akan ditampung dan dicerna kurang lebih selama 4 jam. Selama itu pula makanan dipersiapkan pada kondisi keasaman tertentu dan mengamankan dari infeksi-infeksi serta diteruskan sedikit demi sedikit menuju ke usus halus sampai lambung.

Memang kuantitas makanan yang masuk dalam lambung berkurang, namun hal ini tidak berdampak pada gizi yang diserap oleh tubuh. Justru sebaliknya, gizi yang diserap oleh tubuh kualitasnya menjadi lebih baik disebabkan karena tugas organ pencernaan tidak kerja keras (Ahmad Syafifuddin: 2003).

Penelitian di Osaka Jepang pada tahun 1930 menyatakan bahwa orang yang berpuasa hari ketujuh, jumlah sel darah putihnya meningkat sangat pesat. Penambahan jumlah sel darah putih ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan dapat melawan peradangan dalam tubuh.

Di sisi lain, tanpa kita rasakan tubuh manusia terdapat parasit-parasit yang menumpang hidup dan makan serta minum. Dengan menghentikan suplai makanan, kuman-kuman penyakit, bakteri-bakteri, dan sel kanker tidak bisa bertahan hidup.

Mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel mati dan toksin. Sehingga organ seperti hati dan ginjal bekerja lebih efisien dalam proses detoksifikasi ketika tubuh tidak dibebani oleh makanan secara terus-menerus.

Puasa juga dapat menjadi bahan terapi bagi pasien yang sakit. Dr Otto Buchinger di klinik Pyrmont Jerman merawat pasien yang sakit selama 24 minggu dan disiplin puasa, ternyata pasien mengalami perkembangan yang jauh lebih baik secara fisik maupun mental.

Hal yang sama juga diungkapkan Dr Yuli Nekolar di Moskow Institut of Psychiatry. Menurut dia, puasa dapat menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai keseimbangan di tubuh.

Pada saat seseorang menjalankan ibadah puasa kelenjar pankreas memiliki kesempatan istirahat. Begitu juga bagi penyandang diabetes apabila selama lebih dari 10 hari menjalankan puasa sebagai metode pengobatan membuktikan hasil yang menakjubkan tanpa menggunakan obat-obatan kimiawi satu pun. Atau dengan kata lain, puasa dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin, yang sangat penting dalam mencegah diabetes tipe 2.

Kitab Ta’lim Muta’allim karya Az-Zarnuji dianggap tidak relevan karena menjelaskan bahwa dengan berpuasa atau perut dalam keadaan kosong akan menambah konsentrasi dalam belajar. Pendapat yang menentang berargumen bahwa bagaimana mungkin bisa meraih hasil maksimal dalam belajar ketika kondisi tubuh lemah dan tidak bergairah sebab menahan lapar.

Namun, penelitian mengaitkan puasa dengan peningkatan produksi protein bernama Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf dan meningkatkan daya ingat. Selain itu, puasa juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit neurodegeneratif seperti alzheimer dan parkinson.

Argumen lain menjelaskan pada saat perut kenyang, banyak darah yang tersalur untuk melakukan proses pencernaan. Sewaktu seseorang berpuasa dan perut kosong, maka volume darah di bagian pencernaan dapat dikurangi dan dipakai untuk keperluan melayani otak.
Pepatah arab mengatakan bahwa al-bithnah tadzhabu al-fithnah (kekenyangan dapat menghilangkan kecerdasan) (Kearifan Syari’at: 2010).

Adapun manfaat puasa bagi kesehatan jantung ada dua. Pertama, puasa meringankan kerja jantung. Kedua, puasa membersihkan darah. Keduanya membuat jantung dengan mudah mendapatkan pasokan darah bersih. Ketika yang masuk ke dalam jantung hanya darah-darah yang bersih, maka kerja jantung pada hari-hari biasa setelah Ramadan kan menjadi lancar.

Setiap menit jantung berdenyut sebanyak 80 kali atau 115.200 kali dalam sehari atau 24 jam. Dengan berpuasa dalam satu menit jantung hanya berdenyut 60 kali. Sehingga setelah bulan Ramadan jantung dapat bekerja secara maksimal dengan denyut yang lebih kuat pada hari-hari biasa.

Puasa, oleh Rasulullah SAW dijadikan sebagai solusi alternatif bagi mereka yang hasrat libidonya meluap-luap, namun belum siap untuk menikah. Sebuah peneliti dari Amerika pernah melakukan penelitian terhadap enam orang yang berusia sekitar 26 dan 45 tahun melalui tiga tahap selama 18 hari.

Tahap pertama, mereka makan seperti biasa selama tiga hari. Tahap kedua, dengan berpuasa 10 hari, tidak makan dan minum siang malam, kecuali air putih. Tahap ketiga, mereka diberi makan lagi seperti sedia kala selama 5 hari.

Hasil tes darah yang dilakukan menunjukkan bahwa hormon seks laki-laki (testosterone) mengalami penurunan dengan frekuensi sangat tinggi letika menjalani puasa selama 10 hari. Penurunan hormon terus berlangsung sampai 3 hari setelah diberikan asupan makanan ketika menjalani tahapan ketiga. Pada hari keempat terjadi peningkatan kualitas hormon testosterone dibandingkan sewaktu sebelum puasa.

Jadi puasa di samping dapat menurunkan hormon seks juga dapat meningkatkan kualitas hormon. Lebih singkatnya puasa membantu mengatur hormon ghrelin (hormon lapar) dan leptin (hormon kenyang), sehingga pola makan menjadi lebih terkontrol. Selain itu saat seseorang berpuasa, dalam mengeluarkan energi tubuh menggunakan cadangan lemak, sehingga puasa dapat membantu menurunkan berat badan secara alami (Mutawalli Sya’rawi: 2006).

Kesimpulannya, puasa bukan hanya sebuah kewajiban agama, tetapi juga memiliki berbagai manfaat kesehatan yang telah dibuktikan oleh penelitian medis. Dengan menjalankan puasa secara benar dan tetap menjaga pola makan sehat saat berbuka dan sahur, seseorang dapat memperoleh manfaat fisik, mental, dan spiritual secara maksimal./Ib.

By Editor1