Oleh: Mas Blangkon

Psikolog kondang John Gray, PhD pernah mengadakan riset terhadap otak laki-laki dan perempuan. Hasilnya menunjukan perempuan memiliki hubungan antara bagian otak kanan dan kiri yang lebih baik. Sementara laki-laki punya hubungan antara otak bagian depan dan belakang yang lebih baik.

Dalam berbagai literasi tentang hubungan keduanya, laki-laki biasa diistilahkan berasal dari planet Mars dan perempuan dari Venus. Selalu berbeda, dan tidak akan pernah klop. Para penasehat perkawinan biasa menyebut, jangan coba coba berusaha mengubah suami atau istrimu. Tapi yang kita bisa adalah menyesuaikan.

Ketika gambar gambar kemesraan Venna Melinda dan Ferry Irawan banyak bertebaran, tak terhitung netizen yang julid. Respon mereka rata rata mencibir; sudah tua tapi lebay. Bahkan dalam sebuah pemberitaan, mantan istri Ferry “menguliti” karakter Ferry sebagai laki laki yang kasar dan temperamental, ngambekan dan pencemburu.

Aku tidak tahu apakah informasi itu memang dilepas untuk “mengingatkan” Venna. Tapi sejatinya begini, seperti pepatah Cina, jika kita mau melewati sebuah jalan, maka alangkah bijak kalau kita bertanya pada orang yang sudah pernah melalui jalan itu. Dalam pikiran Venna, mungkin ia bakal bisa mengubah karakter Ferry, meski sudah diingatkan. Venna tidak tahu bahwa laki laki itu dari Planet Mars dan perempuan dari Planet Venus.

Sekarang Venna bertekad tidak akan mencabut laporan KDRT yang telah dilakukan Ferry, meski Ferry sudah minta maaf lewat Vcal. Ini artinya, jika Venna teguh, Ferry akan berurusan dengan hamba hukum. Minimal tidak seperti Lesti, yang sudah mengharu biru laporan usai dibanting, tapi tiba tiba mencabut laporan setelah polisi bekerja keras mengumpulkan bukti bukti.

Kasus Lesti memang seperti jadi preseden buruk polisi. Bayangkan. Bukan hal mudah menemukan dua alat bukti untuk menjadikan seseorang sebagai tersangka. Tapi begitu Rizky Billar sudah jadi tersangka, eh, minta dikeluarkan. Mungkin ini yang membuat polisi kurang gaspol, meski Venna sudah meminta polisi bergerak cepat menahan Ferry Irawan.

Di awal awal pernikahan Venna dan Ferry, publik memang sangsi mereka bakal langgeng. Lagi lagi ini karena berbagai kejadian yang jadi semacam rujukan. Bagaimana dulu Angel Lelga dan Vicky Prasetyo berbusa busa seperti laiknya kisah cinta Romeo & Juliet. Semuanya serba bombastis, hingga event pernikahannya yang dikasih slot khusus TV. Hasil dari semua tontonan kemesraan itu adalah perseteruan keras, saling buka aib dan umbar kebencian, saat mereka bercerai.

Betul kata orang bijak batas antara benci dan cinta itu setipis kulit ari. Maka menyikapinya tidak dengan expose yang berlebihan. Terlepas apakah ada pesan sponsor atau tidak, hal hal seperti itu lantas bikin publik seperti punya amunisi untuk membully, ketika tahu laki laki yang selama ini dianggap ideal ternyata “tidak seindah warna aslinya”.

Dalam konteks yang lebih luas, kemesraan berlebihan tidak untuk dipertontonkan di sosial media atau video berseri. Sepanjang aku bekerja di tabloid Ceknricek, kita sering bikin judul laporan dengan nada sarkastis seperti,”Nikah di Mekkah, Cerai di kafe”. Awal nikah menggebu gebu berharap suami berakhlak seperti Sahabat Ali. Tapi akhirnya, semuanya buyar dan umumkan cerai di kafe.

Dengan alasan apapun, tidak sepantasnya Ferry melakukan kekerasan hingga Venna harus berdarah darah hidungnya.Ini juga jadi semacam pembelajaran. Saat kita memutuskan akan mengirim suami kita ke penjara, atau saat kita sibuk menghapus fotonya di semua laman media sosial kita, sesungguhnya, kita baru menyadari bahwa berlebih lebihan memamerkan kemesraan itu kagak okey. Setujuh…?.

Meruya, 11 Januari 2023

By redaksi