VATIKAN, AKURATNEWS.co – Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma yang dikenal sebagai sosok reformis dan simbol kesederhanaan, meninggal dunia, Senin (21/4) waktu Vatikan setelah menjalani perawatan intensif selama lebih dari sebulan akibat pneumonia.
Ia wafat dalam usia 88 tahun dan meninggalkan jejak sejarah sebagai Paus pertama dalam lebih dari satu abad terakhir yang memilih dimakamkan di luar wilayah Vatikan.
Menurut laporan Reuters, Paus Fransiskus telah menyampaikan wasiatnya sejak tahun lalu agar dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, sebuah tempat yang memiliki makna spiritual mendalam baginya.
Basilika tersebut merupakan tempat yang kerap ia kunjungi untuk berdoa sebelum dan sesudah melakukan perjalanan apostolik ke luar negeri.
Terakhir kali seorang Paus dimakamkan di luar Vatikan adalah Leo XIII pada tahun 1903, yang dikebumikan di Basilika St. Yohanes Lateran, juga di Roma.
Keputusan Fransiskus dimakamkan di luar Vatikan menegaskan kembali prinsip hidupnya yang menjunjung kesederhanaan dan kedekatan dengan umat.
Lebih dari sekadar lokasi pemakaman, Paus Fransiskus juga meninggalkan pesan kuat melalui wasiatnya yang meminta agar upacara pemakaman dilakukan dengan sederhana.
Ia menolak upacara megah yang lazim dilakukan bagi para pemimpin Gereja sebelumnya, termasuk penggunaan tiga peti mati bertaut terbuat dari cemara, timah, dan kayu ek yang menjadi tradisi dalam pemakaman Paus.
Sebaliknya, ia memilih peti mati kayu sederhana dan tidak ingin disemayamkan di atas catafalque (panggung tinggi) di Basilika Santo Petrus.
Jenazahnya akan ditempatkan di peti dengan tutup terbuka, agar umat dapat memberikan penghormatan terakhir secara langsung tanpa sekat simbolik.
Satu hari sebelum wafat, Paus Fransiskus masih menyempatkan diri tampil di hadapan publik dalam Misa Paskah yang dihadiri ribuan umat di Lapangan Santo Petrus.
Dalam pidatonya yang menjadi pesan publik terakhir, ia menegaskan pentingnya kebebasan berpikir, toleransi antar umat beragama, dan menghormati perbedaan.
Ia juga mengutuk peningkatan anti-Semitisme global dan menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap krisis kemanusiaan di Gaza, menyebutnya sebagai situasi yang “dramatik dan memprihatinkan.”
Seruannya kepada para pemimpin dunia agar tidak tunduk pada logika ketakutan yang memecah belah, menjadi penutup yang mencerminkan perjuangan hidupnya sebagai jembatan dialog lintas iman.
Kepergian Paus Fransiskus menandai akhir era kepausan yang dicatat sejarah karena keberanian dalam membuka diskusi kontroversial, seperti pembaruan tata kelola Gereja, dukungan terhadap kelompok terpinggirkan, serta upayanya menyesuaikan ajaran Katolik dengan dinamika dunia modern.
Pemakaman dijadwalkan akan berlangsung pada Kamis (24/4) dan akan dihadiri para pemimpin dunia, kepala gereja dari berbagai denominasi, serta jutaan umat Katolik dari seluruh dunia yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada Paus yang dikenal sebagai Papa degli ultimi, “Paus bagi kaum kecil.” (NVR)