JAKARTA, AKURATNEWS.co  – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas meminta Presiden Prabowo Subianto berhati-hati dalam menyikapi manuver Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait upaya perdamaian di Gaza.

Menurut Anwar, perdamaian sejati hanya dapat tercapai jika Israel mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Palestina.

“Jika Israel tidak mau menghormati hak-hak rakyat Palestina untuk merdeka, dan tetap menolak mengakui Palestina sebagai negara berdaulat, maka selama itu pula rakyat Palestina tidak akan berhenti berperang dan melakukan perlawanan,” ujar Anwar Abbas kepada wartawan, Selasa (14/10/2025).

Diketahui, Presiden Prabowo menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Gaza yang digelar di Mesir pada Senin (13/10/2025).

Anwar berharap kehadiran Indonesia dalam forum tersebut tidak dimanfaatkan pihak lain, terutama oleh Amerika Serikat.

“Kami meminta Presiden Prabowo agar lebih berhati-hati dalam menghadapi manuver Donald Trump. Jangan sampai terjebak oleh siasat dan niat buruk yang dibangun serta dikembangkan olehnya,” kata Anwar.

Menurut Anwar, rencana perdamaian yang ditawarkan Trump bukanlah solusi menyeluruh, melainkan bersifat parsial dan tidak berpihak pada Palestina.

“Trump sudah sejak lama secara terang-terangan menolak berdirinya negara Palestina5. Dari sikap itu jelas, konsep perdamaian yang diusungnya tidak akan memberi kesempatan kepada bangsa Palestina untuk merdeka,” ujarnya.

Anwar juga berharap Indonesia melalui KTT tersebut dapat mendesak AS untuk mengakui kemerdekaan Palestina. “Tanpa pengakuan itu, makna KTT akan menjadi tidak berarti,” katanya.

Ia menambahkan, jika KTT memutuskan pembentukan pemerintahan transisi di Gaza, maka Indonesia harus menolak bila AS ditunjuk sebagai pemimpin.

“Jika Amerika memimpin pemerintahan transisi, maka Gaza tidak akan diberikan kembali kepada Palestina, melainkan kepada Israel,” tegasnya.

“Presiden Prabowo harus memperjelas dan mempertegas sikap Indonesia dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina, sesuai dengan semangat dan amanat konstitusi,” imbuh Anwar.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa perang di Gaza telah berakhir, dan kelompok Hamas bersiap membebaskan para sandera yang masih hidup. Sebanyak 20 sandera dilaporkan telah diserahkan Hamas kepada Israel pada Senin (13/10/2025), sesuai kesepakatan gencatan senjata.

Televisi publik Israel, sebagaimana dilaporkan AFP dan Al Arabiya, menyebut Hamas membebaskan sandera dalam dua kelompok. Kelompok pertama terdiri atas tujuh orang, diserahkan pada Senin pagi waktu setempat,.

Sedangkan kelompok kedua berjumlah 13 orang diserahkan kemudian pada hari yang sama kepada perwakilan Palang Merah Internasional (ICRC) di Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan./Teg.

By Editor1