Oleh: Dr. Algooth Putranto
Pengajar Ilmu Komunikasi Pascasarjana Usahid Jakarta

JAKARTA, AKURATNEWS – Generasi TVRI dan MTV di masa kekuasaan pak Harto tentu akan ingat hit ‘Blame It On the Rain’ milik Milli Vanilli di album All or Nothing (1988). Fab Morvan dan Rob Pilatus itu laris manis bahkan meraih Grammy Award untuk Best New Artist pada 1990.

Tak sampai seminggu setelah menang Grammy, ketahuan duo yang dibentuk Frank Farian di Jerman itu sekadar tipu-tipu. Fab dan Rob cuma mangap dan dance, sementara suara sebetulnya milik trio musisi Charles Shaw, John Davis, dan Brad Howell. Siapa yang salah? Salahkan pada hujan yang turun!

Nah urusan sekadar mangap ini rupanya kini jadi hal yang bikin jagad Indonesia gempar. Akibat asal mangap Piala Dunia U20 tahun ini resmi batal diadakan di Indonesia. Sampai saat ini apa sebabnya masih misterius hingga saat ini.

Baca artikel lainnya: Legenda Mesir Sebut Indonesia Terhormat, FIFA Memalukan!

Ketua PSSI, Erick Thohir setelah bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta pada Jumat, 31 Maret 2023 kepada awak media menyatakan adanya intervensi terhadap penyelenggaraan yang selaras dengan pertimbangan masalah keamanan Piala Dunia U-20 yang sebelumnya sudah mendapatkan jaminan dari pemerintah.

Meski Mas Menteri tak menyebut apa intervensi itu, secara langsung publik sudah paham intervensi yang dimaksud adalah buah ocehan dua gubernur dari PDI Perjuangan, Wayan Koster dan Ganjar Pranowo yang kini sibuk ngeles.

Keduanya kompak menyebut penolakan mereka terhadap timnas Israel adalah wujud kepatuhan mereka pada konstitusi Indonesia untuk melawan segala bentuk penjajahan yang diperjuangkan Bung Karno sejak tahun 1957.

Belakangan keduanya mirip beo bicara tentang sikap penolakan pada negara Zionis itu adalah sikap pemerintah. Konyolnya, Koster bikin pernyataan resmi tanggal 14 Maret dan disusul Ganjar pada 23 Maret.

Baca artikel lainnya: Di Indonesia Jadi Polemik, Tiga Pemain Israel Ini Malah Merumput di Liga Palestina

Bagaimana dengan Joko Widodo? Sebagai presiden, dia baru ngomong yang sebaliknya pada 28 Maret. Empat hari setelah Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyatakan tetap akan mempersiapkan venue di Solo bagi seluruh peserta Piala Dunia U20.

Sayangnya, omongan Jokowi yang normatif selayaknya dia mengomentari kelakuan penjajah Rusia kepada Ukraina hari itu dilibas Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang dipercayakannya pada Pelaksana tugas (Plt) Menpora Muhadjir Effendy.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menempati posisi yang ditinggalkan Zainudin Amali yang pilih turun kasta jadi wakil Erick Thohir di PSSI. Usai bertemu Jokowi, Zainudin pada 9 Maret 2023 mengembalikan amanah yang dipercayakan kepadanya.

Nah pada 28 Maret itu, sejarah akan mencatat Plt Menpora Muhadjir Effendy yang masih menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan(Menko PMK) dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI pada 28 Maret, tegas menyatakan penolakan terhadap kehadiran timnas Israel.

Ocehannya sebagai otoritas pemerintah pusat selaras dengan Gubenur Bali, Wayan Koster membuat Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) hari itu juga (28/3) waktu Prancis mantap membatalkan drawing atau undian untuk Piala Dunia U-20 2023 rencananya akan digelar di Bali pada 31 Maret 2023.

Salahkan Hujan

Pembatalan drawing jelas alarm bahaya, entah bagaimana hanya hitungan jam setelah pembatalan itu di Jakarta justru Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto pada 29 Maret, lagi-lagi menegaskan sikap PDI Perjuangan menolak Timnas Israel bermain di Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Baca artikel lainnya: Sesalkan Keputusan FIFA, PSI: Indonesia Jangan Langsung Menyerah

Hanya hitungan jam, FIFA pun memutuskan membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20. Aksi heroik Erick Thohir yang katanya diutus langsung oleh Presiden Jokowi ke Paris sia-sia. FIFA pilih bergeming. Pupus sudah mimpi Indonesia membeli Piala Dunia!

Lho kok membeli? Kita tak perlu malu, upaya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia pada tahun 2019 adalah bagian dari jual beli. Yah mirip mau masuk kampus favorit melalui jalur mandiri yang beberapa di antaranya menyebabkan Rektor-nya dicokok karena korupsi.

Jadi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia itu wajib untuk setor uang muka (panjar) untuk bisa ikut proses tawar menawar (bidding). Untuk jumlah berapa duit panjarnya itu urusan mantan Ketum PSSI, Mochamad Iriawan alias Iwan Bule dan pak mantan Menpora, Zainudin Amali yang paham.

Di luar urusan duit, tentu ada syarat-syarat lain yang kudu dan wajib dipenuhi. Salah satunya jaminan dari pemerintah dalam hal penyelenggaraan. Ini jelas urusan pak Menpora selaku representasi pemerintah Indonesia.

Bagaimana soal kualitas timnas Indonesia? Itu urusan nanti, bahkan dengan menjadi tuan rumah maka ada hadiah otomatis lolos sebagai peserta final Piala Dunia. Mau timnya kelas kambing, asal usia sesuai dan sudah menang bidding Piala Dunia, ya berhak bertarung.

Baca artikel lainnya: Hormati Keputusan FIFA, Erick Thohir: Kita Sudah Berjuang Maksimal

Soal kualitas, Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong pun berkali dengan jujur menyatakan kualitas timnas U20 amatlah berat. Di tingkat Asia Tenggara kedodoran, di tingkat Asia bikin ngelus dada, di tingkat dunia? Yah sudahlah ya, saya sebagai pecinta timnas hanya bisa memaklumi.

Okelah kita membeli Piala Dunia yang harusnya bisa jadi tontonan pasca pak Jokowi terpilih untuk kali kedua. Minimal kita bisa keplok-keplok lihat aksi calon-calon bintang masa depan dunia mencukur timnas kita.

Ndilalah pandemi Covid-19 datang, Piala Dunia U20 pun mundur dan Israel yang memang negara penjajah Palestina kok ya tau-tau lolos. Konyolnya ketika kepastian Israel lolos pada Juni 2022, pemerintah kita percaya diri kita tetap mampu menggelar Piala Dunia U20 dengan aman.

Namun takdir berkata lain, Kanjuruhan meledak. Polri dihajar skandal Ferdi Sambo. Singgasana Iwan Bule rontok. Zainudin Amali berusaha menyelamatkan Piala Dunia U20 dengan resiko mempermalukan diri jadi wakil Erick Thohir.

Sayangnya, dengan melepaskan posisi Menpora, otoritasnya pun lepas. Dialihkan Jokowi ke Muhadjir Effendy yang punya sejarah asal njeplak. Di tahun 2020, dia jadi musuh bersama kaum missqueen kala mengutarakan teori rantai kemiskinan: “sesama keluarga miskin besanan kemudian lahirlah keluarga miskin baru!”

Kini setelah Piala Dunia U20 batal, semua tokoh yang jadi penyebab ramai-ramai cuci tangan. Yah mirip-mirip tragedi Kanjuruhan yang mempersalahkan angin sebagai pelaku gas air mata penyebab kepanikan. Nah siapa salah sehingga Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U20? Salahkan saja sang hujan!./Ib

By redaksi