JAKARTA, AKURATNEWS –  “Santamonica” Duo electro-pop yang beranggotakan Anindita Saryuf (Sistine) and Joseph Saryuf (Iyub) ini hadir dengan EP Aquarius yang terdiri dari dua trek, Aquarius dan Wanderlust (Reimagined).

Rilisan baru yang sangat dinanti ini hadir menyusul kesuksesan besar showcase bertajuk Wanderlust yang diselenggarakan Santamonica pada 27 Desember silam, yang dengan promosi minimal berhasil menggerakkan para penggemar untuk berkumpul di Dingdong Disko, Jakarta tak hanya sebagai perkenalan apik terhadap EP Aquarius, namun juga sebagai pesta perayaan penutupan tahun.

Showcase yang magis dan euforik tersebut sukses membangkitkan nostalgia sekaligus imajinasi penggemar akan sosok Santamonica kini dan di masa depan, menciptakan suasana yang akrab namun tetap spektakuler.

Baca Artikel Lainnya: Alami Gangguan Mental Acha Septriasa Datangi Psikolog di Australia

Aquarius merupakan bagian dari rangkaian menuju perilisan album baru Santamonica yang akan hadir tahun ini. Santamonica merencanakan perilisan bertahap yang masing-masing terdiri dari dua single hingga mencakup keseluruhan album. Trek-trek pada EP Aquarius dikatakan oleh Iyub merupakan “harta karun yang hampir terlupakan”, berupa materi-materi lagu di arsip studio recording Santamonica sejak 2008 silam yang kemudian dikerjakan kembali oleh keduanya, secara keseluruhan memakan waktu hingga belasan tahun dalam pengerjaannya.

Iyub juga menjelaskan bahwa ia membutuhkan lebih dari satu dekade dalam bereksperimen hingga akhirnya mendapatkan sound Santamonica yang sekarang. “Aquarius dan lagu-lagu baru Santamonica yang akan dirilis tahun ini adalah hasil dari tumbuh kembang saya sebagai musisi, di mana saya (dan Santamonica) terus bertransformasi dan evolve, karena Santamonica yang sekarang tentunya juga tidak sama dengan di tahun 2007 saat membuat album Curiouser & Curiouser.”

Menurut Sistine (pseudonym yang dipakai oleh Anindita Saryuf sebagai musisi), single “Aquarius” adalah sebuah metafora yang mengisahkan sebuah cerita besar dalam perjalanan hidup manusia, yang dapat dipahami secara berbeda-beda bagi masing-masing orang.

Baca Artikel Lainnya: Rizal Djibran Dicecar Tak Kurang 25 Pertanyaan Saat Diperiksa di Polda Metro Jaya Atas laporan KDRT Oleh Istrinya

Bagi sebagian besar pendengar, lagu ini mungkin tertangkap sebagai kisah pahit manis hubungan cinta serta ekspektasi ideal kita terhadapnya. Di mana pada ambang pupusnya sebuah hubungan yang telah diusahakan sebaik mungkin namun terus gagal, penyadaran terbesar adalah mengetahui bahwa terkadang yang terbaik adalah melepaskan untuk bisa bertumbuh.

Pasrah, melepas ego, dan menjadi lebih baik, terpisah namun tanpa menghilangkan sosok tersebut dari hidup sepenuhnya. “Aquarius merangkum perjalanan dalam mengenal dan berdamai dengan diri sendiri. Di sini zodiak Aquarius hanyalah sebuah simbol tanpa merujuk ke sosok yang spesifik,” ucap Sistine.

“Tak hanya mengenai cinta, namun tentang hidup juga yang selalu bertumbuh dan memaksa kita untuk menjadi lebih besar dari zona nyaman kita. Hidup nggak bisa berdiam di satu titik terus, dan yang terpenting bagaimana kita bisa menerima perubahan baik yang menyenangkan maupun tidak sebagai bagian dari perjalanan ini.”

“Aquarius” dan trek kedua “Wanderlust (Reimagined)” adalah satu kesatuan yang berkesinambungan, menghadirkan kontras antara keceriaan yang quirky nan whimsical —yang merupakan ciri khas Santamonica— dan nuansa yang electro yang intense, sebagai perkenalan bagi penggemar terhadap Santamonica yang kini dan yang akan datang.

Baca Artikel Lainnya: Ini Alasan Mengapa Hard Rock Cafe Jakarta Tutup

Dari segi musik, “Aquarius” dapat dikatakan terdengar happy dan ‘easy-listening’ walau berseberangan dengan lirik dan cara bernyanyinya yang mendalam dan cukup melankolis. Kata Sistine soal proses kreatifnya yang terinspirasi oleh Liz Fraser dari Cocteau Twins, “Biasanya saya mulai membentuk lagu dengan nada vokal dulu, menyesuaikan pengucapan huruf yang enak dengan melodi vokalnya.

Liriknya tadinya gibberish, namun yang penting bahwa bunyi vokal bisa menjadi kesatuan dengan instrumen yang lain.” Sistine terbiasa untuk menyerap berbagai inspirasi dari sekitar dan mengumpulkan bank kata yang dirasa menarik dengan mencatatnya di gadget untuk kemudian digubah menjadi lirik.

Single “Aquarius” dirilis bersamaan dengan video eklektik berupa animasi collage art yang terdiri dari ribuan gambar yang dipotong dan disatukan secara manual. Bagi Sistine yang menjadi Creative Director sekaligus sutradara di proyek ini, imajinasi visual tersebut menggambarkan pengalaman kemanusiaan kolektif, sebuah zeitgeist yang digambarkan dari berbagai ikonografi familiar sepanjang sejarah.

Baca Artikel Lainnya: Film Horror “Tulah 6.13” Akan Tayang di Bioskop Saat Bulan Ramadhan, Catat Tanggalnya!

Sesuai dengan lagunya, simbolisasi visual dari “Aquarius” dapat dipahami oleh berbagai orang dengan kisah yang berbeda. Mulai dari kartu tarot, Venus, hingga binatang seperti ular dan singa, setiap potongan gambar mewakili lirik dan cerita garis besar lagu. Kolase sendiri bukan medium baru bagi Santamonica.

Video musik pertama mereka, “Anais Lullaby” yang dirilis pada tahun 2007, menampilkan animasi collage art hitam putih yang lebih sederhana secara visual. Animasi “Aquarius” yang lebih kompleks menandakan transformasi Santamonica tanpa menghilangkan jati dirinya.

Sistine dan Iyub melihat kolase sebagai bentuk seni yang mengharuskan adanya proses penciptaan, di mana seorang seniman akhirnya menemukan dirinya sendiri. Mengutip filsuf Jerman Friedrich Nietzsche, “One must still have chaos in oneself to give birth to a dancing star”. Menikmati proses menciptakan karya seni yang panjang membawa kepuasan tersendiri bagi Santamonica, dari segi musik maupun artwork./Mik.

By redaksi