DEN HAAG, AKURATNEWS.co – Perkembangan kebijakan naturalisasi pemain keturunan oleh PSSI untuk memperkuat Timnas Indonesia terus menjadi sorotan, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Salah satu media olahraga Belanda, VoetbalPrimeur, ikut menyoroti strategi ini dengan menyebut beberapa nama yang berpotensi memperkuat skuad Garuda di masa depan.
Dalam sebuah diskusi yang ditayangkan di kanal YouTube VoetbalPrimeur, salah satu pembawa acara mengundang Mauro Zijlstra sebagai bintang tamu untuk membahas pemain-pemain keturunan Indonesia. Mereka menyebut beberapa nama pemain yang bisa bermain untuk Timnas Indonesia melalui proses naturalisasi, termasuk dua nama yang sudah berada dalam tahap pengurusan, yaitu Mees Hilgers dan Eliano Reijnders.
Namun, yang menarik perhatian dari perbincangan ini adalah munculnya nama Pascal Struijk, pemain Leeds United yang dinilai layak memperkuat Timnas Indonesia. Host VoetbalPrimeur mengungkapkan,
“Dan satu orang yang tidak banyak disebutkan, Pascal Struijk diizinkan untuk bermain di timnas Indonesia. Dia adalah pemain yang luar biasa,” ujar Mauro.
Struijk, yang berusia 25 tahun, saat ini bermain untuk Leeds United di Inggris. Meski sempat mendapatkan tawaran dari Timnas Belgia, Struijk menolaknya karena masih memiliki keinginan untuk memperkuat Timnas Belanda.
Namun, dengan adanya keturunan Indonesia dari garis keluarganya, kemungkinan ia bergabung dengan Timnas Indonesia masih terbuka, terutama mengingat suksesnya langkah naturalisasi pemain keturunan lainnya.
Kebijakan naturalisasi ini bukanlah hal baru bagi Timnas Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, naturalisasi pemain keturunan menjadi salah satu langkah strategis PSSI untuk meningkatkan performa tim di berbagai ajang internasional. Nama-nama seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Shayne Pattynama sudah lebih dahulu menjadi bagian dari skuad Garuda melalui proses ini.
Namun, langkah naturalisasi juga menimbulkan berbagai pro dan kontra di kalangan pecinta sepak bola Indonesia. Pendukung kebijakan ini berpendapat bahwa naturalisasi memberikan kesempatan bagi Timnas untuk mendapatkan pemain dengan kualitas yang lebih baik dan pengalaman bermain di liga-liga top dunia. Hal ini diharapkan bisa mendongkrak performa Timnas, terutama dalam turnamen-turnamen besar seperti Piala Asia dan Piala Dunia.
Di sisi lain, ada juga yang mengkhawatirkan bahwa terlalu banyak naturalisasi bisa mengurangi kesempatan bagi pemain-pemain lokal berbakat untuk berkembang. Proses naturalisasi yang terus dilakukan juga dinilai bisa mengubah identitas tim nasional yang seharusnya lebih mengutamakan pengembangan pemain lokal.
Kembali pada Pascal Struijk, bek tengah yang memiliki kualitas luar biasa di usianya yang masih 25 tahun ini memiliki pengalaman bermain di salah satu liga terbaik di dunia, yaitu Premier League bersama Leeds United. Sebagai bek, ia dikenal tangguh dalam duel udara, memiliki kemampuan membaca permainan yang baik, serta mampu berkontribusi dalam transisi menyerang.
Namun, satu tantangan besar adalah keputusannya. Hingga saat ini, Struijk masih menyimpan ambisi untuk bermain di Timnas Belanda, negara yang memiliki sejarah kuat dalam sepakbola internasional. Meski demikian, persaingan untuk masuk ke dalam skuad utama Belanda sangat ketat, terutama dengan banyaknya pemain berkualitas di posisi bek tengah.
Jika Struijk memilih untuk memperkuat Indonesia, hal ini tentu akan menjadi tambahan signifikan bagi lini pertahanan Timnas Indonesia. Dengan kombinasi pengalaman internasional dan kemampuannya, ia bisa menjadi pilar pertahanan yang kokoh bagi Garuda. Kehadirannya juga akan memberikan pelajaran berharga bagi pemain muda lokal yang sedang berkembang.
Namun, perlu diingat bahwa keputusan untuk naturalisasi pemain harus didasarkan pada komitmen jangka panjang, bukan sekadar langkah instan untuk memperkuat tim. Pemain seperti Struijk harus benar-benar siap untuk memberikan kontribusi maksimal dalam waktu yang lama, baik dalam pelatihan maupun pertandingan internasional bersama Timnas Indonesia. (NVR)