JAKARTA, AKURATNEWS – Komunikasi menjadi hal penting yang tak boleh luput dari perhatian. Tidak hanya korporasi, lembaga pemerintah juga semestinya mengelola komunikasi dengan baik demi penjagaan citra maupun reputasi sebuah instansi. Terlebih lagi di post-truth era ini, menginvestasi kepercayaan publik menjadi hal pokok yang harus dilakukan.

“Saya setuju dengan apa yang disampaikan Bapak Ernadhi Sudarmanto, Sekretaris Utama BPKP, bahwa menabung narasi, menabung relasi itu bagian dari investasi.” kata Firsan Nova, CEO Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication dalam Focus Group Discussion (FGD) Pembahasan Tindak Lanjut Pengukuran Indeks Reputasi BPKP Tahun 2022, Selasa (21/3).

Baca Artikel Lainnya: Cesen JKT48 Ungkap Alasan Merahasiakan Pernikahan dengan Marshel Widianto

Dalam acara yang diadakan hybrid ini, Firsan, salah satu penulis buku PR Crisis juga setuju dengan apa yang disampaikan Sekretaris Utama BPKP dalam sambutannya, “Saya juga setuju bahwa komunikasi itu aset dan investasi.” ujarnya.

Seperti halnya lebih baik mencegah daripada mengobati, penjagaan citra dan reputasi, melalui narasi positif harus terus dikomunikasikan sebagai bentuk mitigasi dari kemunculan krisis. “Orang itu membeli narasi dan relasi. Keduanya harus disiapkan untuk menjadi tabungan. Maka memang sudah sewajarnya ada cost yang dikeluarkan untuk membangun narasi” jelas Firsan.

Dalam FGD yang dihadiri para Ketua Satgas, Ketua Tim Teknis Proteksi dan Branding Pengelolaan Reputasi BPKP di seluruh unit kerja BPKP ini, Firsan juga menyampaikan bahwa komunikasi pemerintah adalah communication of hope. “Artinya, dibutuhkan adanya komitmen dan keseriusan. Oleh karena itu, kuncinya adalah berikan janji dan buktikan.” jelas Firsan.

Baca Artikel Lainnya: Cegah Pelanggaran Berlalu Lintas, Yonarmed 6 Kostrad Sidak Kelengkapan Surat-Surat Kendaraan

Ketika kepercayaan masyarakat sudah dibangun, akan muncul adanya peluang. “Ketika ada opportunity dan ada capability, itu bagus. Akan tetapi, ketika ada peluang dan tidak diambil. Maka kita akan kehilangan profitability bahkan bisa memunculkan sebuah ancaman.” tuturnya.

Capability Missmatch muncul ketika ada perbedaan hal yang terjadi di luar dengan apa yang terjadi didalam. Adapun salah satu solusi dari gap itu adalah hire pihak ketiga, hire konsultan. Ketika gap-nya tertutup maka business valuenya baik.” kata Firsan.

“Cara menutupi capability missmatch adalah dengan berpikir strategis. Untuk menutup gap yang ada, diperlukan kesadaran dan tanggup jawab institusi.” imbuhnya.

Baca Artikel Lainnya: Akankah Ada Nama Baru Sebagai Kampiun F1 2023-2024 Ditengah Dominasi Verstapen dan Alonso?

Firsan juga menyampaikan, “Apabila kita tidak ingin masuk ke situasi krisis, maka risk management harus dilakukan. Kalau kita abai dengan risk management, kita akan masuk ke tahap awal krisis.”

“Krisis yang baik adalah krisis yang bisa dilewati. Dalam krisis, orang bisa dikatakan cerdas apabila dia bisa menerima krisis dan langsung bangkit dari krisisnya.” tutupnya dalam acara yang diselenggarakan di Ruang Situation Room lantai 3, Kantor Pusat BPKP itu./Ib.

By redaksi